20 Jun 2025

Kepemimpinan di Era Hybrid: Tantangan dan Kesempatan

Hari itu, rapat koordinasi dimulai pukul 09.00. Pak Amir, kepala divisi yang sudah berpengalaman, hadir di kantor dan membuka sesi dengan map fisik berisi data minggu lalu. Sementara itu, Lila, team lead muda dari generasi milenial, bergabung dari rumah lewat Zoom dengan background minimalis dan dokumen di Google Drive.

Diskusi berjalan, tetapi terasa “dingin”. Pak Amir lebih suka bertanya langsung dan melihat ekspresi orang, sementara Lila lebih nyaman dengan struktur agenda dan chat box untuk mencatat poin. Keduanya punya niat yang sama: membuat tim berkembang. Tapi jarak baik secara fisik maupun kultural membuat komunikasi jadi tidak sinkron.

Inilah dinamika kerja hybrid yang sesungguhnya. Fleksibilitas memberi peluang, tapi tanpa kepemimpinan yang adaptif, justru bisa menciptakan kebingungan.

Apa Itu Kerja Hybrid dan Mengapa Ia Jadi Norma Baru?

Kerja hybrid adalah pola kerja yang menggabungkan kehadiran fisik di kantor dengan fleksibilitas bekerja dari jarak jauh. Pandemi mempercepat adopsi model ini, dan kini menjadi harapan banyak karyawan.

Menurut Microsoft Work Trend Index (2023):

  • 73% pekerja menginginkan fleksibilitas bekerja dari rumah,
  • Tapi 67% juga merindukan kolaborasi langsung di kantor.

Artinya, karyawan tidak ingin memilih antara rumah atau kantormereka ingin keduanya. Dan disinilah pemimpin berperan sebagai jembatan.

Tantangan Utama Kepemimpinan di Era Hybrid
1. Kehadiran Fisik Tidak Sama dengan Keterlibatan

Pemimpin yang terbiasa dengan kontrol visual—melihat karyawan hadir di meja kerjanya—harus beralih ke sistem berbasis output. Tanpa ini, karyawan remote bisa merasa diabaikan atau dicurigai.

2. Ketimpangan Informasi dan Akses

Karyawan yang lebih sering hadir di kantor bisa lebih cepat mendapatkan informasi atau mendapat perhatian dari atasan. Ini bisa menciptakan proximity bias—ketimpangan karena kedekatan fisik, bukan kinerja.

3. Menjaga Budaya Tim di Dunia Virtual

Bagaimana membangun keakraban jika sebagian tim belum pernah bertemu langsung? Bagaimana menjaga nilai perusahaan kalau onboarding hanya dilakukan lewat Zoom?

Kepemimpinan Hybrid: Keterampilan yang Harus Dimiliki
1. Empati Digital dan Emosional

Pemimpin perlu mampu membaca sinyal non-verbal lewat layar, mendeteksi kelelahan tim, serta membuka ruang dialog informal secara terjadwal (misalnya, virtual coffee chat mingguan).

 2. Manajemen Hasil, Bukan Kehadiran

Fokus pada deliverables, bukan jam duduk. Gunakan OKR (Objectives and Key Results) atau KPI yang transparan. Pemimpin perlu lebih sebagai pelatih (coach), bukan hanya pengawas.

3. Membangun Konektivitas, Bukan Hanya Koneksi

Gunakan tools kolaborasi (Notion, Trello, Miro), tapi lebih penting: buat momen interaksi lintas format. Misalnya, sesi “cerita proyek terbaik bulan ini” agar tim saling mengenal lintas lokasi.

4. Adil dalam Akses dan Kesempatan

Buat sistem rotasi untuk presentasi tim, mentoring, atau promosi yang mempertimbangkan semua lokasi. Jangan hanya karena seseorang “sering terlihat”, ia jadi lebih diperhatikan.

Kesempatan di Balik Tantangan

Jika dipimpin dengan baik, model hybrid justru:

  • Meningkatkan retensi karyawan karena memberi fleksibilitas,
  • Membuka akses pada talenta terbaik dari berbagai kota atau negara,
  • Mengurangi burnout jika workload diseimbangkan dengan wellbeing,
  • Dan mendorong adopsi teknologi lebih cepat dari sebelumnya.

Contoh sukses seperti GitLab, Dropbox, dan Telkom Indonesia menunjukkan bahwa kerja hybrid bisa berhasil bila kepemimpinan mampu menjembatani jarak dengan nilai-nilai yang konsisten.

Pemimpin yang Relevan, Bukan Sekadar Hebat

Pemimpin hebat di era hybrid bukan yang tahu segalanya, tapi yang bersedia belajar ulang:

  • Belajar cara membangun kepercayaan tanpa tatap muka,
  • Belajar menjadi fleksibel tanpa kehilangan arah,
  • Dan belajar bahwa keberadaan bukan hanya soal tempat, tapi kehadiran yang dirasakan tim.

Dalam tim Anda hari ini, siapa yang merasa didengar, didukung, dan diberi kesempatan tanpa harus selalu hadir secara fisik?

Referensi
  1. Microsoft Work Trend Index. (2023). The Rise of Hybrid Work.
  2. Harvard Business Review. (2022). The Secrets of Great Hybrid Managers.
  3. Deloitte. (2023). Leadership for a Hybrid Future.
  4. Gartner. (2022). How to Avoid Proximity Bias in a Hybrid World.
  5. GitLab Remote Playbook. (2022). How We Work Remotely and Stay Connected.

Penulis: Irfiani Triastari – Research & Development, Insight Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *