23 May 2023

Onboarding is the key to survival

Ada banyak hal yang perlu diperhatikan ketika selesai melakukan proses rekrutmen karyawan. Mulai dari menyiapkan kontrak kerja, memperkenalkan budaya perusahaan, hingga mencari cara untuk membuat karyawan Anda merasa nyaman dan betah bekerja. Salah satunya melalui onboarding

Jika Anda adalah karyawan baru, mungkin akan sering mendengar istilah tersebut. Singkatnya, onboarding merupakan proses penting yang pasti akan Anda jalani saat diterima disebuah perusahaan. 

Dikutip dari SHRM.org, secara umum program onboarding mencakup kegiatan yang memungkinkan karyawan baru untuk menyelesaikan proses orientasi mulai dari perekrutan baru, belajar tentang struktur organisasi, budaya, visi, misi, dan nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan. 

Menurut sebuah survei yang dilakukan Careerbuilder and Silkroad Technologi, 1 dari 10 orang resign dari perusahaan karena pengalaman onboarding yang buruk. 37% karyawan juga mengatakan manajer tidak memainkan peran penting dalam dukungan pengalaman onboarding mereka. Dari pandangan karyawan, 69% karyawan yang memiliki pengalaman onboarding positif akan tetap bekerja di sebuah perusahaan selama tiga tahun. Onboarding yang standar dilakukan akan menghasilkan peningkatan produktivitas sebesar 50%. 

Data ini jelas mengatakan kalau onboarding berdampak besar pada keberhasilan perusahaan.

Hal di atas menunjukkan bahwa onboarding karyawan baru merupakan hal penting. Meski demikian proses tersebut harus dilakukan perusahaan dengan tepat. Tujuannya agar perusahaan tidak mengalami peningkatan turnover karyawan dan hilangnya produktivitas.

Onboarding  merupakan hal yang tidak bisa  dianggap sepele  karena akan menjadi first impressions bagi karyawan baru.  Jika Anda menjalani proses ini dengan baik, Anda akan mendapatkan beberapa manfaat dari onboarding sebagai berikut: 

  1. Mudah beradaptasi.
    Proses onboarding membantu karyawan baru memahami perusahaan, tugas, tanggung jawab, budaya, dan praktik kerja. Ini membantu karyawan merasa terintegrasi dan diakui dalam perusahaan, membuat merasa lebih nyaman dan memiliki koneksi dengan rekan kerja dan atasan. Dengan begitu, karyawan baru cenderung lebih mudah beradaptasi dan merasa nyaman dalam lingkungan kerja baru.
  2. Mengenal Visi & Misi Perusahaan. Hal ini membantu memahami bagaimana tugas dan tanggung jawab yang berhubungan dengan tujuan dan visi perusahaan, sehingga dapat bekerja dengan lebih fokus dan efektif. Onboarding juga memastikan bisa memahami budaya dan nilai-nilai perusahaan. Dengan begitu, karyawan dapat memahami bagaimana menjadi bagian dari visi dan misi perusahaan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
  3. Meningkatkan produktivitas. Karyawan yang melalui proses onboarding yang baik cenderung lebih produktif dan memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi. Karena penerimaan yang baik akan membuat karyawan merasa semangat dan termotivasi. 
  4. Retensi karyawan lebih baik. Karyawan yang merasa terintegrasi dan diakui dalam perusahaan cenderung mempertahankan pekerjaan mereka lebih lama, mengurangi tingkat turnover dan biaya rekrutmen.
  5. Meningkatkan kualitas pekerjaan. Karyawan yang memahami tugas dan tanggung jawab mereka dengan jelas cenderung menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan memenuhi harapan perusahaan serta dapat mempertahankan budaya perusahaan dan nilai-nilai yang dihormati.
  6. Reputasi perusahaan yang lebih baik. Perusahaan yang melakukan onboarding dengan baik cenderung memiliki reputasi yang baik sebagai tempat kerja yang baik bagi karyawan, membantu memperkuat brand perusahaan dan mempermudah rekrutmen karyawan baru.

Lalu, bagaimana Anda mengetahui bahwa proses onboarding yang dilakukan oleh perusahaan berhasil?

Menurut Dr. Talya Bauer dari SHRM Foundation, onboarding yang sukses melibatkan secara proaktif mencakup The Four C’s, yaitu:

  • Compliance (kepatuhan) – Memperkenalkan karyawan baru aturan dasar, peraturan, dan kebijakan yang menentukan perusahaan Anda.
  • Clarification (klarifikasi) – Mengajarkan karyawan baru tentang fungsi pekerjaannya dan ekspektasi kinerja mereka.
  • Culture (budaya) – menyampaikan kepada karyawan baru tentang norma organisasi secara formal dan informal, contohnya seperti aturan berpakaian perusahaan.
  • Connection (koneksi) – Membantu karyawan baru untuk membangun hubungan dengan tim dan antar departemen.

Apakah onboarding berhasil atau tidak pada dasarnya bermuara pada dua bidang utama. Pertama, sangat penting untuk memilih karyawan yang tepat, yang dapat melakukan fungsi pekerjaan, yang sesuai dengan budaya perusahaan, dan yang termotivasi untuk terintegrasi dalam organisasi. Kedua, tergantung pada The Four C’s, dimana karyawan baru memahami peran mereka, memiliki kepercayaan pada kemampuan mereka untuk melakukan peran mereka, memahami budaya perusahaan, dan terintegrasi secara sosial ke dalam organisasi.

Perlu untuk selalu diingat bahwa Onboarding bukan hanya tanggung jawab HR. Namun manajer, rekan setim, serta leader juga ikut berperan dalam kesuksesan onboarding karyawan baru.

Referensi: 

  • Ritz, Eva, et al. 2023. “Artificial Socialization? How Artificial Intelligence Applications Can Shape A New Era of Employee onboarding Practices.” Hawaii International Conference on System Sciences (HICSS)
  • https://silkroadtechnology.com/news/job-seekers-are-now-in-the-drivers-seat/
  • SHRM.org. 2021. Understanding Employee onboarding. https://www.shrm.org/resourcesandtools/tools-and-samples/toolkits/pages/understanding-employee-onboarding.aspx

Fauziah Zulfitri, PCC
Fransiska Amir, ACC
Irfiani Triastari 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *