20 Apr 2022

Kalau Semua Jadi Founder, Siapa yang Jadi Karyawan?

Pernah nonton film The Intern?

Itu salah satu film favorit tim kami. Ceritanya tentang seorang founder muda, Jules, yang mengelola start-up fashion kekinian. Start-up tersebut punya program yang unik. Yaitu merekrut karyawan magang senior. Tersebutlah Ben Whittaker, seorang pensiunan VP perusahaan buku telepon yang sudah tidak ada lagi, yang diterima di program ini.

Dinamika interaksi antara Jules dan Ben bersama tim Start-up-nya bergulir sepanjang cerita. Ben, mantan VP senior, tetap rendah hati dan berbagi pengalamannya dengan Jules, founder muda yang energik yang menghadapi berbagai masalah baik di dalam bisnisnya maupun di dalam keluarganya.

Kalau Anda menyimak film tersebut, Anda akan melihat perjuangan Jules dalam mengelola dan membesarkan start-up-nya. Ada pilihan-pilihan sulit yang harus ia buat. Bagaimana ia mengelola waktu dan hubungannya dengan keluarga, serta dengan lingkungannya. Anda akan melihat, tidak mudah menjadi founder.

Anda juga akan melihat, Ben sebagai karyawan senior baik dalam hal usia maupun pengalaman, dengan pandai menempatkan posisinya. Ia mampu menemukan solusi dari masalah-masalahnya dan bahkan bermurah hati memberikan solusi bagi masalah orang lain. Dan Ben pun terlihat bahagia menjalani perannya. Ia bahagia menjadi karyawan.

Resign dari pekerjaan untuk membangun bisnis. Ingin pindah kuadran. Sudah cukup bekerja untuk orang lain, saatnya untuk mengurus bisnis sendiri. Kalimat-kalimat ini seperti menjadi impian bagi banyak orang. Apakah Anda salah satunya? 

Penelitian Sea Group dan World Economic Forum (WEF) yang dilakukan kepada 14.000 anak muda Indonesia menyebutkan bahwa 24% dari mereka ingin punya bisnis sendiri. 16,5% ingin melanjutkan usaha keluarga, sedangkan 3,2% ingin bekerja di rintisan startup

Riset tersebut juga menyebutkan bahwa Indonesia berada di tingkat paling atas negara yang anak mudanya punya keinginan untuk membangun bisnis sendiri, alias menjadi founder.

Menjadi seorang Founder saat ini dinilai sebagai tolok ukur kesuksesan. Masyarakat di Indonesia memandang bahwa memiliki perusahaan sendiri adalah langkah untuk meraih kebebasan finansial. Faktanya, tidak sedikit orang-orang yang akhirnya memilih untuk resign, membangun bisnis, dan kemudian gagal. Bahkan menurut statistik, 90% startup dinyatakan gagal (failory.com, investopedia.com).

Sejatinya, menjadi Founder mungkin terlihat mentereng. Tetapi biasanya akan jauh dari kenyamanan. Sedangkan menjadi karyawan sering kali terlihat biasa saja, atau bahkan diremehkan. Tetapi tahukah Anda, setiap founder yang sukses, ada karyawan loyal, kreatif, yang mengerjakan hal-hal detail di belakangnya.

Jadi, lebih pilih mana, jadi founder atau jadi karyawan saja? Jika Anda menyimak film The Intern, posisi siapa yang lebih baik menurut Anda? Anda pilih untuk menjadi Jules, atau menjadi Ben?

Apa sih fakta sebenarnya di balik peran founder dan karyawan?

1. Founder punya konsep, Karyawan mendetailkan konsep

Menjadi founder berarti Anda punya konsep besar yang unik, berbeda dari yang sudah ada. Anda dituntut punya visi yang jelas ke depan, untuk memberikan arah bagi seluruh tim di dalam perusahaan.

Sedangkan menjadi karyawan menuntut Anda bisa menerjemahkan konsep founder atau atasan ke dalam pecahan-pecahan yang lebih nyata. Dengan demikian, setiap kepingan konsep lebih mudah dieksekusi.

2. Kewirausahaan founder butuh dukungan karyawan

Menjadi founder menuntut kewirausahaan yang kuat. Anda harus mengamati dan mampu menganalisa peluang dan ancaman, serta mengenali kekuatan dan kelemahan perusahaan sendiri. Anda harus selalu update mengenai informasi politik, ekonomi, sosial, dan tentunya kemajuan teknologi.

Sebagai karyawan, Anda dituntut untuk terbuka memberikan update mengenai kondisi perusahaan terkini, baik dan buruknya. Tujuannya agar founder Anda bisa membuat keputusan yang paling tepat.

3. Founder memahami helicopter view, karyawan menguasai detail

Untuk menjadi founder yang baik, Anda perlu memahami operasional bisnis Anda sendiri dari hulu ke hilir. Anda harus mampu membaca data, laporan keuangan, dan mengambil keputusan dari sana.

Sebagai karyawan, Anda harus menguasai detail dari bagian Anda sendiri. Siap mendukung founder dengan data-data yang valid dan akurat. Anda harus punya skill khusus untuk itu. Setidaknya, Anda harus tahu data apa yang bisa memberikan analisa terbaik.

4. Founder membangun jaringan, karyawan menjaga hubungan

Sebagai founder, Anda dituntut membangun jaringan dengan pelanggan atau pelanggan potensial Anda. Tak lupa pula membangun dan mengelola hubungan dengan stakeholder di pemerintahan sebagai regulator. Dan tentunya mengenali dan memilih supplier atau mitra-mitra bisnis Anda.

Sebagai karyawan, Anda harus siap menjaga hubungan dengan pelanggan, regulator, dan mitra bisnis yang sudah dibangun terlebih dulu oleh founder. Anda harus menjaga kepercayaan para stakeholder untuk menjamin kelancaran bisnis perusahaan Anda.

5. Founder memandu value dan kultur, karyawan beradaptasi

Sebagai founder, Anda juga adalah leader dari tim di perusahaan Anda. Maka, tugas Anda sebagai leader untuk menjaga agar karyawan bahagia, mendapatkan haknya, dan menciptakan  lingkungan yang kondusif agar mereka tetap produktif melayani pelanggan Anda. Untuk mencapai ini, ilmu SDM penting bagi Anda

Sebagai karyawan, Anda harus siap beradaptasi dengan kondisi kerja di perusahaan. Termasuk kompensasi, benefit, value, dan kultur di lingkungan kerja. Seperti apa pun kondisinya, Anda dituntut mampu untuk tetap produktif dan memberikan kinerja selama Anda memutuskan untuk terikat di sana.

Founder ibarat nahkoda bagi kapal. Anda harus menentukan di dermaga mana ingin berlabuh. Anda harus bisa membaca gelombang lautan, membaca cuaca, dan memimpin kru melayarkan kapal Anda melewati segala badai.

Nahkoda yang paling hebat sekalipun, mustahil mampu melayarkan kapalnya sendirian. Anda mungkin bisa berlayar sendirian di atas sampan, tapi tidak untuk sebuah kapal besar. Anda butuh kru, karyawan yang bekerja di kapal.

Menjadi seorang karyawan tidak secara otomatis merampas kebebasan Anda. Menjadi karyawan ibarat bekerja di kapal. Agar bisa berkontribusi maksimal, Anda mesti tahu ke mana kapal tersebut melayarkan Anda. Barangkali Anda juga ingin menuju ke dermaga tertentu. Silakan cek, apakah kapal yang Anda tempati bekerja punya tujuan yang searah dengan dermaga yang Anda tuju. 

Ingatlah, Anda bebas memilih, ingin bekerja untuk kapal yang mana. Jika kapal yang Anda layari tidak searah dengan tujuan Anda, Anda selalu punya pilihan untuk berpindah kapal. Atau jika Anda yakin punya bekal yang cukup untuk menjadi nahkoda, punya energi dan sumber daya yang memadai untuk membangun kapal Anda sendiri, punya keberanian untuk mengarungi lautan di segala cuaca, itu juga pilihan Anda.

Apapun pilihan Anda, selamat berjuang, mengarungi lautan, dan semoga Anda tiba dengan selamat di dermaga yang Anda tuju. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *